Dunia Kita Semua

Sabtu, 22 Januari 2011

Pemberian suntikan Z-Track sangat aman


 PEMBERIAN SUNTIKAN Z-TRACK




DAFTAR ISI

BABIPENDAHULUAN                                      
1.            Umum  ..........................................................................       1      
2.            Maksud dan Tujuan ...................................................         2
3.            Definisi .........................................................................        2

BAB II                  TEKNIK KONVENSIONAL DAN Z-TRACK
               1. Perbedaan ....................................................................         4
               2. Keuntungan teknik Z-Track ......................................           5

BAB III                TEKNIK PEMBERIAN THERAPY
1.            Pertimbangan pemilihan lokasi .................................           6
2.            Lokasi ...........................................................................         6
3.            Pendelegasian ………………………………………..                        11
4.            Alat dan Bahan ............................................................        12
5.            Prosedur Kerja ............................................................         12
6.            Hal yang Harus Diperhatikan Setelah Tindakan         22

BAB IV     PENUTUP .....................................                             23
Daftra Pustaka  ………………………………………………………………                                 24









PEMBERIAN TERAPI INJEKSI INTRAMUSKULAR DENGAN TEKNIK Z-TRACK

BAB I

PENDAHULUAN


A.    Pendahuluan
Pengobatan dengan injeksi adalah prosedur invasive yang melibatkan deposisi obat melalui jarum steril yang diinsersikan ke dalam jaringan tubuh. Tekhnik aseptic harus diperhatikan karena klien beresiko infeksi bila jarum menembus kulit. Karakteristik jaringan mempengaruhi  kecepatan absorbsi obat dan awitan kerja obat. Jadi sebelum menginjeksi obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karakteristik obat, dan lokasi struktur anatomi di bawah tempat injeksi.
Dalam melakukan tindakan keperawatan yang telah direncanakan setiap perawat hendaknya juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut: tindakan keperawatan harus aman bagi klien, sejalan dengan program pengobatan, didasari dengan prinsip dan pengetahuan yang digabungkan dari pendidikan dan pengetahuan sebelumnya. Salah satu tindakan keperawatan dalam pemberian obat yang sering dilakukan oleh perawat adalah tindakan penyuntikan intra muskuler. Tindakan ini bersifat invasive dan sering sekali menimbulkan berbagai komplikasi dan rasa tidak nyaman bagi pasien terutama bila dilakukan tidak sesuai dengan tehnik dan prosedur yang baik. Rasa nyeri yang berkepanjangan sangat mengganggu kenyamanan dan keamanan pada klien selama proses penyembuhan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang metode penyuntikan yang baik dan aman sanga diperlukan oleh setiap perawat agar dalam melaksanakan tindakan tersebut tidak memberikan dampak yang negative pada klien.


B.     Maksud dan Tujuan
 Pemberian terapi intramuskuler bertujuan agar absorbsi obat lebih cepat akibat vaskularitas obat. Bahaya kerusakan jaringan lebih kecil bila obat memasuki otot dalam. Otot juga lebih sedikit sensitive pada obat yang mengiritasi atau kental. Pemberian terapi intramuskuler juga bertujuan untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan obat yang diberikan melalui subcutan. Namun, ada resiko obat yang diinjeksikan secara sembrono ke dalam pembuluh darah bila perawat tidak hati-hati.

C.    Definisi
1.      Pemberian obat intramuskuler adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot.
2.      Injeksi Z-track adalah metode injeksi dengan memasukkan obat kedalam otot besar dengan menggunakan jarum dan syringe dan menghasilkan tempat penusuk berbentuk zig-zag. Metode ini khusus diberikan pada medikasi dalam pada otot untuk mencegah obat keluar kedalam jaringan subcutan dan kulit.



BAB II
TEKNIK KONVENSIONAL DAN Z-TRACK


A.    Perbedaan Teknik Konvensional dengan Z-Track
Tehnik penyuntikan intramuskuler pada dasarnya ada dua cara yaitu metode penyuntikan konvensional atau standart dan metode penyuntikan Z track. Perbedaan kedua metode ini terletak pada insersi jarum mulai dari dermis sampai ke otot berada dalam garis lurus, sedang pada metode penyuntikan intramuskuler Z track pemberian obat melalui suntikan (injeksi) ke dalam jaringan otot dengan meninggalkan jalan kecil bekas jarum yang disuntikkan berbentuk zig-zag, sehingga cairan obat tidak dapat keluar dari jaringan otot. Perbedaan ini disebabkan pada metode penyuntikan intramuskuler konvensional atau standar, kulit diregangkan terlebih dahulu sebelum disuntik, sedang pada metode intramuskuler Z track kulit yang akan disuntik ditarik kearah samping, baru setelah obat disuntikkan dan jarum suntik ditarik ke luar, kulit yang ditarik tadi kemudian dilepaskan.




B.     Keuntungan Tehnik Z-Track
Beberapa kelemahan atau komplikasi pada penyuntikan metode konvensional atau standar diantaranya adalah keluarnya darah lewat tempat suntikan ke kulit, nyeri, iritasi, dan terjadinya lesi di kulit. Kondisi ini sangat merugikan pasien karena akan menambah penderitaan pada klien dan memperlambat proses penyembuhan, serta dapat menurunkan kepercayaan yang diberikan klien kepada perawat.
Secara teori pada beberapa literature disebutkan bahwa metode penyuntikan intra muskuler Z track memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah mencegah bocornya obat atau refluk obat ke dalam jaringan subcutan. Pada literatur lain menyebutkan bahwa tehnik Z track disamping dapat mencegah kebocoran atau refluk obat dari tempat suntikan, juga dapat mengurangi rasa ketidak nyamanan, serta dapat mencegah terjadinya memar pada tempat penyuntikan.














BAB III
TEKNIK PEMBERIAN TERAPI

A.    Pertimbangan Pemilihan lokasi :
  1. Massa otot yang besar, ukuran dan kondisi
  2. Vaskularisasi baik
  3. Jauh dari pembuluh darah
  4. Sesuaikan dengan usia pasien

B.     Lokasi
1.      Penyuntikan pada daerah paha (vastus lateralis).
Area ini terletak antara sisi median anterior dan sisi midlateral paha. Otot vastus lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara baik pada orang dewasa dan anak-anak. Bila melakukan injeksi pada bayi, disarankan menggunakan area ini karena pada area ini tidak terdapat serabut saraf dan pembuluh darah besar. Area injeksi disarankan pada sepertiga bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi area antara trokhanter mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi tiga bagian lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini pasien dapat diatur miring atau duduk.


2.      Ventrogluteal (pasien harus berbaring miring).
Area ini juga disebut area von Hochstetter. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi intramuskuler karena pada daerah ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area ini juga jauh dari anus sehingga tidak atau kurang terkontaminasi. Dalam melakukan injeksi pada area ini, pasien dapat diatur pada posisi berbaring terlentang, tengkurap (pronasi), duduk atau berbaring ke samping. Untuk mendapatkan area ini, misalnya apabila pasien diatur miring ke samping kanan, perawat meletakkan telapak tangan pada trokhanter mayor dengan jari-jari menghadap kea rah kepala (perhatikan jangan sampai keliru dengan Krista iliaka superior). Jari tengah diletakkan pada spina iliaka anterior superior dan direntangkan menjauh membentuk suatu area berbentuk huruf V. jarum injeksi ditusukkan di tengah-tengah area ini.


3.      Dorsogluteal (pasien harus telungkup).
Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti dan hati-hati sehingga injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan pada anak-anak dibawah usia 3 tahun karena pada usia kelompok ini otot dorsogluteal belum berkembang. Salah satu menentukan lokasi otot dorsogluteal adalah dengan cara membagi area gluteal menjadi kuadran-kuadran. Area gluteal tidak hanya terbatas pada bokong saja, tetapi memanjang ke arah kista iliaka. Area injeksi dipilih pada area kuadran luar atas. Area injeksi dorsogluteal dapat pula ditentukan dengan cara menarik garis bayangan dari spina iliaka posterior superior menuju throhanter besar. Injeksi dilakukan pada area lateral dan superior terhadap garis bayangan. Unyuk menetapkan area ini dengan jelas, pakaian yang menutupi bokong harus dibuka secara penuh dan pasien diatur berbaring menghadap ke bawah dalam posisi prone dengan kedua tangan di atas kedua sisi tempat tidur dan kedua kaki diputar ke dalam. Posisi ini akan membantu relaksasi otot gluteus dan membantu relaksasi pasien yang diinjeksi. Selain posisi pronasi, pasien dapat pula diatur dalam posisi miring ke samping dengan kaki yang di atas ditekuk pada pangkal paha dan lutut serta diletakkan di depan kaki bawah yang diatur lurus.

4.      Lengan atas bagian luar (deltoid).
Area ini jarang digunakan untuk injeksi intramuskuler karena memiliki resiko besar terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf. Cara sederhana untuk menentukan lokasi injeksi pada deltoid adalah dengan cara meletakkan dua jari secara vertical di bawah akromion, dengan jari yang atas di atas akromion. Lokasi injeksi adalah tiga jari di bawah akromion.






C.    Pendelegasian
Pemberian terapi injeksi tidak boleh didelegasikan pada personel asisten. Personel harus diinstuksikan untuk melaporkan reaksi yang tidak diinginkan atau nyeri pada tempat injeksi sesegera mungkin.


D.    Alat dan Bahan
1.      Catatan pemberian obat
2.      Obat dalam tempatnya serta cairan pelarut
3.      Spuit (ukuran bervariasi sesuai volume obat yang diberikan)
4.      Jarum sesuai dengan ukuran dewasa panjang 2,5 – 3,75 cm / 1-1,5 inci (21-23G); anak panjang 1,25 -2,5 cm/ 1 inci (25-27G)
5.      Kapas alcohol dalam tempatnya
6.      Bak injeksi
7.      Bengkok
8.      Sarung tangan sekali pakai

E.     Prosedur Kerja
  1. Memastikan program dokter dan bila lembar persetujuan diperlukan.
  2. Perkenalkan diri pada klien, termasuk nama dan jabatan atau peran.Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan yang akan dilakukan dengan istilah yang dapat dipahami klien.
Rasional : meminimalkan ketidaknyamanan selama injeksi. Penjelasan prosedur merupakan tekhnik distraksi yang dapat membantu mengurangi ansietas.
  1. Pastikan identitas klien.
  2. Kaji ulang untuk menetapkan apakah intervensi masih tepat untuk klien.
  3. Siapkan peralatan
  4. Cuci tangan
  5. Sesuaikan tempat tidur atau kursi pada tinggi yang tepat.
  6. Yakinkan bahwa klien nyaman dan perawat memiliki ruangan yang cukup untuk melakukan tugas/ tindakan.
  7. Yakinkan bahwa cahaya ruangan cukup untuk menjalankan tindakan.
  8. Bila klien ada di tempat tidur, turunkan pagar tempat tidur pada sisi paling dekat perawat.
  9. Berikan privasi untuk klien. Tutup pintu, gunakan tirai privasi.
  10. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakkan dalam bak injeksi.
Rasional : menjamin kesterilan obat.
  1. Pertahankan duk atau pakaian untuk menutupi bagian tubuh yang tidak memerlukan pemajanan.
Rasional : mempertahankan prifasi klien.
  1. Pilih tempat injeksi yang tepat.
Rasional : area ventrogluteal lebih dipilih untuk klien lebih dari 7 bulan. Bila bayi kurang dari 7 bulan, area lateralis harus digunakan.
  1. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan). Palpasi tempat untuk adanya edema, massa, atau adanya nyeri tekan. Hindari area jaringan parut, memar, abrasi, atau infeksi. Palpasi otot untuk menetapkan kekerasan dan ukurannya.
Rasional : tempat injeksi harus bebas luka yang dapat mempengaruhi absorbsi obat. Massa otot yang tepat diperlukan untuk menjamin injeksi intra muskuler akurat ke dalam jaringan yang tepat.
  1. Bantu klien untuk mengambil posisi nyaman sesuai pada tempat yang dipilih untuk dilakukan injeksi.
a.       Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara meminta pasien untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi.
b.      Pada ventrogluteal dengan cara meminta pasien miring, telungkup, atau telentang dengan lutut dan panggul pada posisi yang akan disuntik dalam keadaan fleksi.
c.       Pada dorsogluteal dengan meminta pasien untuk telungkup dengan lutut diputar ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.
d.      Pada deltoid (lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau berbaring mendatar dengan lengan bawah fleksi tetapi rileks menyilang abdomen atau pangkuan.
Rasional : dengan membantu klien mengambil posisi yang mengurangi ketegangan pada otot akan meminimalkan ketidaknyamanan injeksi.

Posisi berdiri

Posisi miring


  1. Relokasi tempat dengan menggunakan garis anatomic.
Rasional : injeksi akurat memerlukan insersi pada tempat anatomic yang tepat untuk menghindari cedera saraf di bawahnya, tulang, atau pembuluh darah.
  1. Gunakan sarung tangan.
  2. Desinfeksi dengan kapas alcohol. Bersihkan pada bagian tengah tempat injeksi dan rotasikan keluar dalam arah sirkulasi seluas kira-kira 5 cm.
Rasional : kerja mekanis desinfeksi untuk menghilangkan sekresi yang mengandung microorganisme.
  1. Tempatkan penutup jarum dari jarum diantara ibu jari dan jari telunjuk pada tangan nondominan. Lepaskan penutup jarum dari spuit dengan menarik penutup tegak lurus.
Rasional : mencegah jarum menyentuh sisi penutup dan menjadi terkontaminasi.
  1. Pegang spuit diantara ibu jari dan jari tengah tangan dominant seolah seperti mengarahkan anak panah pada papan tembok. Kebanyakan perawat memegang spuit dalam telapak ke bawah untuk injeksi intramuskuler.
Rasional : injeksi halus, terarah dan cepat memerlukan manipulasi bagian spuit dengan tepat sehingga rasa dapat mengurangi nyari.
  1. Lakukan penusukan dengan jarum pada posisi tegak lurus (sudut 90 derajat) terhadap tempat injeksi.
Rasional : sudut menjamin bahwa obat mencapai massa otot.
  1. Tepat di bawah tempat injeksi, tarik kulit di bawahnya dan jaringan subcutan 2,5-3,5 cm ke bawah atau lateral terhadap tempat injeksi dengan tangan nondominan.
Rasional : hal ini mengurangi kebocoran obat ke dalam jaringan subcutan dan sehingga mengurangi nyeri.
  1. Pegang taut kulit dan dengan cepat injeksikan jarum kedalam otot pada sudut 90 derajat dengan menggunakan metode Z-track.
Rasional : jarum tetap diinsersikan selama 10 detik untuk memungkinkan obat menyebar dengan rata. Metode Z-track menciptakan jalur zig-zag pada jaringan yang mengunci jalur jarum untuk menghindari keluarnya obat melalui jaringan subcutan.
  1. Setelah jarum memasuki area, pegang bagian bawah ujung tabung spuit dengan tangan nondominan. Terus pegang kulit dengan kencang. Lepaskan tangan dominant pada ujung plunger. Hindari menggerakkan spuit.
Rasional : melakukan injeksi dengan tepat memerlukan manipulasi halus bagian spuit. Gerakan spuit dapat mengubah posisi jarum dan menyebabkan ketidaknyamanan. Ketika menggunakan metode Z-track, pertahankan pegangan kuat pada kulit dengan tangan nondominan.
  1. Setelah jarum masuk, tarik plunger untuk mengaspirasi spuit secara perlahan. Bila tidak ada darah, injeksikan obat secara perlahan dengan kecepatan 10 dtk/ml hingga habis
Jangan memberikan obat secara IM pada dosis lebih dari 5 ml pada 1 tempat injeksi
Rasional : aspirasi darah ke dalam spuit menunjukkan jarum berada pada intravena (IV). Obat intramuskuler tidak diberikan secara IV. Injeksi perlahan mengurangi nyeri dan trauma jaringan serta berpengaruh pada absorbsi obat.
  1. Setelah selesai tunggu 10 detik kemudian secara halus dan mantap tarik jarum dengan cepat sambil menempatkan kapas alcohol pada daerah penyuntikan. Letakkan jarum langsung pada bengkok.
Rasioanal : sokongan jaringan sekitar tempat injeksi meminimalkan ketidaknyamanan selama jarum ditarik.
  1. Berikan tekanan perlahan. Jangan memasase kulit.
Rasional : masase dapat merusak jaringan di bawahnya.
  1. Untuk tempat injeksi ventrogluteal dan vastus lateralis, dorong latihan kaki.
Rasioanal : meningkatkan absorbsi obat.
  1. Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman setelah injeksi.
Rasional : memberi klien posisi nyaman.
  1. Bantu klien merapikan diri
  2. Ucapkan terimakasih atas kerjasama klien.
  3. Kembalikan tempat tidur pada posisi semula.
  4. Buang jarum dalam posisi tertutup dan spuitnya kedalam wadah berlabel secara tepat.
Rasional : mencegah cedera pada klien dan personel rumah sakit. Tidak menutup kembali ujung jarum dapat menyebabkan tusukan jarum dan tidak lagi dianggap praktek aman.
  1. Lepaskan sarung tangan.
  2. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
  3. Catat prosedur dan reaksi pemberian.
  4. Evaluasi kembali respon klien terhadap obat dalam 15-30 menit.
Rasional : obat parenteral diabsorbsi dan bekerja lebih cepat dibandingkan obat oral. Observasi perawatan menetapkan kemajuan kerja obat.
F.     Hal yang Harus Diperhatikan Setelah Tindakan
Komplikasi dari Z-track injeksi tidak ada selama prosedur pelaksanaannya sesuai prosedur, tetapi catat adanya bekas penusukan yang terjadi, memar, bengkak pada tempat injeksi,dan respon nyeri pada daerah injeksi. Laporkan jika terjadi tanda-tanda di atas.
BAB IV
PENUTUP

Daftar Pustaka



Connell, Mc. A, Edwina, Administering a Z-Track I.M Injection, Nursing, January, 1999
Gray, Clinikcal Prosedur Intramuscular Injection, 2003. URL: Http://www.nursesne: work.co.uk/nurses %2office/02_06_24iminj.shtmlClinicalProsedur-iminj

Hidayat, Alimul, Aziz, Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia, 2004, EGC, Jakarta.

Intramusculer (IM) Injection Administration Faslodex IM Injection, Z-Track Technique, Astra Zeneca, 2003-2007

Lismidar H dkk. Proses Keperawatan, Edisi 2, Penerbit Universitas Indonesia, UI-Press, Jakarta, 1995

Potter, Perry, Peterson, Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar, edisi 5, 2005, EGC, Jakarta.

Nursing Procedures Made Incredibly Easy Springhouse Corp.,Giving Z-Track Injection Nursing, by ProQuest Information and Learning Company. All rights Reserved

Priharjo, Robert, Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, 1995, EGC, Jakarta.

Setiadi, Slamet. Aulawi, Khudazi. dan Setiyarini, Sri, Perbedaan Penyuntikan Intramuskuler Metode Z Track dengan Metode Konvensional atau Standar Terhadap Refluk Obat, Keluarnya Darah, dan Tingkat Nyeri, Jurnal Ilmu Keperawatan, Volume 1, No 1, Januari 2006

Martelli, Mary, Elizabeth, Z-Track Injection Encylopedia of Nursing and Allied Health, 2007



kapasitas dan volume paru


KAPASITAS DAN VOLUME PARU


Pengukuran Kapasitas dan volume paru-paru
·   Volume udara diukur dengan spirometer.
·   Jarum penunjuk ditempatkan pada titik nol, bisa juga 1000 untuk memudahkan pembacaan, jika pada 1000, hasil pembacaan akan dikurangi 1000.
·   Untuk mengukur volume tidal (VT) dilakukan inhalasi normal, kemudian diinhalasikan kedalam spirometer dengan normal.
·   Untuk mengukur Volume ekspirasi cadangan (VEC) setelah ekshalasi normal, dilakukan ekshalasi lagi secara total kedalam spirometer.
·   Untuk mengukur kapasitas vital (KV) dilakukan inhalasi total kemudian ekhalasi total kedalam spirometer, setiap prosedur diulangi tiga kali.
·   Volume inspirasi cadangan dihitung dengan persamaan :VIC = KV – (VT+VEC).
·   Nilai rata-rata volume dan kapasitas paru-paru dihitung untuk setiap anggota kelompok.
Frekuensi pernapasan à intensitas memasukkan atau mengeluarkan udara per menit. Pada umumnya intensitas pernapasan pada manusia berkisar antara 16 - 18 kali.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan frekuensi pernapasan :

1.Usia à Balita memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan manula. Semakin bertambah usia, intensitas pernapasan akan semakin menurun
2.Jenis kelamin. à Laki-laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan perempuan
3.Suhu tubuh à Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat

4.Posisi tubuh :
Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari dibandingkan posisi diam.
frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat dibandingkan posisi duduk.
Frekuensi pernapasan posisi tidur terlentar lebih cepat dibandingkan posisi tengkurap
5.Aktivitas à Semakin tinggi aktivitas, maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat


Kapasitas paru-paru
Volume tidal (VT) à( volume udara keluar dan masuk pada pernapasan normal : 500 ml).
·   Volume tidal dipengaruhi

Berat badan seseorang
Jenis kelamin
Usia
Kondisi fisik

·   Volume tidal diperoleh dengan cara melakukan ekspirasi dan inhalasi normal.
·   Spirometer ditiup saat praktikan melakukan ekshalasi normal tersebut.
·   Besar volume tidal biasanya 500 mL untuk pria maupun wanita.
·   Kesalahan yang terjadi pada nilai volum tidal pada pria dapat disebabkan karena praktikan menghirup napas dalam sehingga udara yang dikeluarkan banyak.
Volume cadangan inspirasi (VCI) à adl volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah volume tidal =3000 ml.
Volume cadangan ekspirasi  (VCE) à udara yang masih dapat dikeluarkan setelah ekspirasi biasa = 1000 ml . 
·   Volume ekspirasi cadangan diukur dengan cara praktikan menghirup napas normal, namun menghembuskan napas sekuat-kuatnya pada spirometer.
·   Nilai volum ekpirasi cadangan sendiri adalah pengurangan angka yang tercatat pada spirometer dikurangi dengan volum tidal yang telah diukur sebelumnya.
·   Volume ekspirasi cadangan adalah sekitar 1200 mL untuk pria dan 700 mL untuk wanita.
·   Kesalahan yang terjadi pada percobaan dapat terjadi karena praktikan berusaha untuk memaksakan proses ekspirasi secara berlebihan (dari yang mestinya dilakukan).
kapasitas vital (KV) à (volume udara maximum yang dapat dihirup dan dikeluarkan selama pernapasan yang dipaksakan: 3500 ml /wanita, dan 4500 ml / pria).
·   Kapasitas vital diukur dengan cara melakukan inspirasi sekuat-kuatnya dan ekspirasi sekuat-kuatnya.
·   Saat melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya, udara dihembuskan ke dalam spirometer.
·   Angka yang ditunjuk oleh jarum pada spirometer merupakan kapasitas vital paru-paru (dalam mL).
·   Volume kapasitas vital paru-paru untuk pria adalah sekitar 4800 mL sedangkan untuk wanita 3100 mL.
Kapasitas inspirasi (KI) à volume tidal + volume cadangan inspirasi = 3500 ml.
Volume residu (VR) à (sisa udara dalam paru-paru ketika kita mengeluarkan sebanyak mungkin udara =1000 ml).
Kapasitas paru-paru total  = kapasitas vital + volume residu =4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria.


Rumus :

KI = VT + VCI
KRF = VCE + VR.
KV = VCI + VT + VCE.
KI=500ml +3000ml
KRF=1000ml+1000ml
KV=3000ml+500ml+1000ml

·   Aplikasi dalam pengukuran volume respirasi adalah untuk mendeteksi patologi pada volume paru-paru.
·   Contohnya pada orang asma konstriksi jalannya udara cenderung menutup sebelum ekshalasi penuh.
·   Hasilnya fungsi paru-paru menunjukkan pengurangan kapasitas vital, pengurangan ekspirasi cadangan, dan kecepatan pergerakan udara.
·   Pada saat kontriksi saluran udara akan menghasilkan suara yang tidak normal pada serangan asma.
·   Kondisi itu membatasi penggembungan maksimal paru-paru yang berefek sama terhadap kapasitas vital.
·   Karena hal tersebut, inspirasi cadangan menjadi rendah.
·   Meskipun demikian ekspirasi cadangan dan pergerakan kecepatan ekspirasi relatif normal.
·   Pertukaran gas O2 dan co2
·   Di dalam Alveolus, udara yang mengandung oksigen dipertukarkan ke dalam darah. Sedangkan karbondioksida di dalam darah dikeluarkan ke alveolus.
·   Di pengaruhi oleh tekanan parsial gas
Difusi à gerak molekul dari area dengan tekanan tinggi ke tekanan tendah oleh adanya enersi kinetik (gerak brown).
Difusi aleveolo-kapiler paru adalah gerak molekul gas dari area tekanan tinggi ke area tekanan rendah melalui membran semi permeable.
Factor-faktor yang mempengaruhinya :
1)      Faktor membran

1. Tebal membran , makin tebal makin lambat difusi
2. Luas membran , makin luas makin banyak difusi
3. Beda tekanan alveoli-kapiler, makin tinggi beda tekanan makin banyak difusi
4. Kelarutan dan bentuk molekul

2)      Faktor darah à Dengan adanya gas yang bergabung dengan hemoglobin maka terdapat perbedaan antara plasma dan eritrosit yang merupakan fungsi kecepatan dan fungsi difusi gas dalam eritrosit yang diatur oleh hemoglobin (kreuzer)
3)      Faktor yang mempengaruhi volume gas à terikat pada hemoglobin :

1. kecepatan gas terikat oleh hb
2. volume darah di kapiler
3. beda tekanan gas veno-kapiler

Pengikatan O2
o Alveolus memiliki O2 lebih tinggi dari pada O2 di dalam darah.   
o O2 masuk ke dalam darah melalui difusi melewati membran alveolus
o Di dalam darah, O2 sebagian besar (98%) diikat oleh Hb yang terdapat pada Eritrosit menjadi Oksihemoglobin (HbO2).
o Selain diikat oleh Hb, sebagian kecil O2 larut di dalam plasma darah (2%).
o Setelah berada di dalam darah, O2 kemudian masuk ke jantung melalui vena pulmonalis untuk diedarkan ke seluruh tubuh yang membutuhkan.
Pengeluaran Co2
·   Di jaringan, CO2 lebih tinggi dibandingkan yang ada di dalam darah.
·   Ketika O2 di dalam darah berdifusi ke jaringan, maka CO2 di jaringan akan segera masuk ke dalam darah.
·   Ketika CO2 berada di dalam darah sebagian besar (70%) CO2 akan diubah menjadi ion bikarbonat(HCO3–)
·   20% CO2 akan terikat oleh Hb pada Eritrosit.
·   Sedangkan 10% CO2 lainnya larut dalam plasma darah.
·   Di dalam darah, CO2 di bawa ke jantung, kemudian oleh jantung CO2 dalam darah dipompa ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
·   Di paru-paru CO2 akan dikeluarkan dari tubuh melalui ekspirasi.
Kontrol pernafasan
·   Pusat pengaturan pernafasan adalah medulla oblongata dan pons.
·   Respirasi normal antara 12–15 kali per menit.
·   Pada kondisi tertentu frekuensi respirasi dapat meningkat atau menurun bergantung kondisi.
·   Yang menaikkan atau menurunkan kecepatan respirasi adalah medulla oblongata dan pons.


Bunyi pernafasan à Bunyi pernafasan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu normal dan abnormal.
Bunyi normal
Bunyi Bronchial
·  
Jantung berdenyut lebih cepat / berdenyut lebih lambat
 
Bunyi pernafasan bronchial dihasilkan saat udara mengalir melalui trakea dan bronki.
·   Bunyi bronchial cukup keras terdengar, dengan nada yang cukup tinggi, dan suara terdengar jelas dengan bantuan stetoskop
Bunyi Vesikular
·   Bunyi pernafasan vesikular dapat terdengar apabila udara memasuki alveoli.
·   Suara pernafasan vesikular terdiri atas fase inspirasi yang terdengar lemah (suara pelan) yang diikuti oleh fase ekspirasi yang hampir tidak terdengar.
·   Suara pernafasan terdengar di sekitar peripheral dari daerah paru-paru.
·   Pada saat keadaan istirahat, suara pernafasan ini tidak akan terdengar sama sekali.
·   Keras suara pernafasan yang dapat terdengar banyak dipengaruhi oleh fisik tiap individu, keadaan pernafasannya, dan kondisi kesehatan tubuh seseorang.
Bunyi abnormal
Crackles (dedas, meretih, gemercik)
·   Crackle adalah ketidaklanjutan, suara yang tidak bernada, suara singkat yang biasanya terdengar saat melakukan inspirasi.
·   Suara ini dapat dikategorikan sebagai halus (nada tinggi, lembut/halus, sangat singkat) atau kasar (nada rendah, lebih keras, tidak terlalu singkat).
·   Saat mendengar crackle, harus diperhatikan pada kekerasan, nada, lama waktu, jumlah, waktu pada siklus respirasi, tempat, pola dari nafas ke nafas, perubahan setelah batuk atau perubahan posisi
Wheeze (bunyi menciut-ciut atau mendesah)
·   Wheeze adalah suara yang berkelanjutan, dengan nada tinggi, suara tersebut biasanya terdengar saat ekspirasi tetapi kadangkala juga terdengar saat inspirasi.
·   Suara pernafasan ini dihasilkan saat udara mengalir melalui saluran pernafasan yang menyempit.
·   Stridor
·   Pada keadaan ini, suara terdengar seperti wheeze pada saat inspirasi dan terdengar paling jelas pada trakea selama proses inspirasi berlangsung.
·   Stridor dapat terjadi apabila terdapat gangguan trakea, atau laring, yang harus ditangani secara medik dengan segera.
Pleural Rub (Gesekan Pleural)
·   Suara yang terdengar dihasilkan ketika permukaan pleural terjadi inflamasi atau terjadi gesekan satu sama lain.
·   Suara yang terdengar dapat berkelanjutan atau tidak berkelanjutan.
·   Tempat terdengar suara biasanya pada daerah khusus sekitar dada dan terdengar selama fase inspirasi dan fase ekspirasi.
Kerusakan akibat rokok
·   Kerusakan pada paru-paru yang mengakibatkan kanker atau terbakarnya paru-paru.
·   Kerusakan karena asap yang masuk ke paru-paru sangat panas.
·   Selain itu karena senyawa toksik lain yang terkandung di dalam rokok (ada 4000 senyawa toksik pada rokok).